Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha Bagian Lima
11. Kerajaan Bali Perkembangan Agama Bagian Lima
a. Lokasi
Kerajaan Bali merupakan kerajaan bercorak Hindu yang terletak di Tampak Siring dan Pejeng.
b. Kehidupan politik pemerintahan
Berikut raja-raja yang memerintah Kerajaan Bali:
- Sri Kesari Warmadewa,
- Ugrasena (915-942 M),
- Tabanendra Warmadewa,
- Jayasingha Warmadewa,
- Jayashadu Warmadewa,
- Sri Wijaya Mahadewi,
- Dharma Udayana Warmadewa merupakan ayah dari Airlangga. Pascaperistiwa Pralaya, Airlangga menggantikan Darmawangsa sebagai raja Medang,
- Marakata,
- Anak Wungsu (1049-1077 M),
- Jaya Sakti, dan
- Bedahulu.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada. Sejak itu, Kerajaan Bali menjadi wilayah kekuasaan Majapahit. Pascawafatnya Raja Bedahulu, terjadi kekosongan kekuasaan. Baca artikel sebelumnya!
Majapahit kemudian menunjuk Sri Kresna Kepakisan sebagai raja. Dari sinilah berawal Wangsa Kepakisan.
c. Struktur pemerintahan Perkembangan Agama Bagian Lima
Keluarga raja memerintah secara turun-temurun (sistem dinasti). Raja Bali memerintah berdasarkan kitab undang-undang hukum Uttara widhi balawan dan
Badan penasihat raja yang disebut pakirankiran ijro makabehan, terdiri atas senopati, pendeta agama Buddha (dang upadyaga), dan pendeta agama Hindu (dang acarya).
Pegawai pemerintahan bagian pemerintahan, pemungutan pajak, dan administrasi.
d. Kehidupan sosial ekonomi Perkembangan Agama Bagian Lima
Penduduk Kerajaan Bali sudah hidup teratur menggunakan sistem caturwarna atau kasta yang terdiri atas kasta brahmana, kesatria, waisya, dan sudra.
Sistem keluarga Bali mengenal pemberian nama, seperti wayan (anak pertama), made (anak kedua), nyoman (anak ketiga), dan ketut (anak keempat). Ada juga pemberian sebutan nama untuk anak dari kasta brahmana dan kesatria, yaitu putu.
Mata pencarian penduduknya adalah bertani. Mereka sudah mengenal istilah persawahan, seperti parlak (sawah kering), gaja (ladang), kebwan (kebun), dan kasuwakan (pengairan sawah).
e. Kehidupan budaya
Penduduk Kerajaan Bali menganut agama Hindu Dharma yang merupakan hasil sinkretisme agama Hindu dengan kepercayaan asli penduduk Bali.
Penduduk Bali mengenal beragam seni, di antaranya kesenian keraton yang tampil di keraton untuk menghibur keluarga raja dan kesenian rakyat untuk menghibur rakyat biasa. Beragam kesenian tersebut di antaranya patapukan (atapuk atau topeng), pamukul (amukul, penabuh gamelan), abanwal (permainan badut), abonjing (bujing, musik angklung), bhangin (peniup suling), dan perbwayang (permainan wayang).
Berikut beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Bali.
1. Prasasti Blanjongan/Sanur (913 M), menceritakan kemenangan ekspedisi militer yang dipimpin Sri Kesari Warmadewa, hubungan Kerajaan Bali dengan penerus Mataram Kuno, hubungan Kerajaan Bali dengan kerajaan di India, dan praktik keagamaan Hindu dan Buddha d masyarakat Bali.
2. Kompleks Candi Gunung Kawi.
3. Pura Besakih. Baca artikel sebelumnya!
E. PENGARUH AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA Perkembangan Agama Bagian Lima
Bidang Politik Pemerintahan Perkembangan Agama Bagian Lima
a. Munculnya sistem pemerintahan yang bersifat turun-temurun
Pada awalnya, masyarakat kita memilih pemimpin berdasarka’ kekuatan dan/atau kecerdasan seseorang. Mereka yang terpilih akan menjadi kepala suku untuk memimpin kelompoknya. Sejak masuknya pengaruh Hindu-Buddha, pemimpin bukan lagi seorang kepala suku, melainkan raja yang memerintah secara bergantian turun-temurun.
b. Munculnya feodalisme
Pemilihan kepala suku yang awalnya bersifat demokratis, kini tidak lagi. Pemilihan raja melalui sistem dinasti telah memunculkan feodalisme dalam masyarakat Indonesia saat itu. Keluarga raja merupakan kelompok yang memiliki hak istimewa dalam berbagai bidang kehidupan.
c. Munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha
Pada awalnya, masyarakat Indonesia hanya mengenal kehidupan secara berkelompok. Mereka membentuk komunitas sendiri yang berkembang menjadi sebuah desa atau perkampungan. Akan tetapi, setelah masuk pengaruh Hindu-Buddha, mulai berdiri dan berkembang kerajaan-kerajaan Hindu Buddha.
d. Adanya konsep dewaraja
Salah satu konsep filsafat dalam bidang politik pemerintahan adalah konsep dewaraja. Konsep ini menganggap seorang raja sebagai titisan dewa di dunia. Dengan demikian, rakyat harus menghormati dan menaati segala perintah raja. Melawan raja sama dengan melawan dewa yang dapat menimbulkan kemarahan dewa. Baca artikel sebelumnya!
Bidang Sosial Ekonomi
Munculnya stratifikasi sosial masyarakat berdasarkan sistem kasta Pengaruh agama Hindu yang paling terlihat adalah munculnya sistem kasta dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia terbagi menjadi kasta brahmana, kesatria, waisya, dan sudra.
Berkembangnya kegiatan perdagangan dan pelayaran antarpulau Masyarakat Indonesia sudah mengenal kegiatan perdagangan dan pelayaran sejak lama. Mereka berdagang dengan menggunakan
sistem barter. Seiring masuknya pengaruh Hindu-Buddha, kegiatan perdagangan dan pelayaran itu pun semakin berkembang hingga ke wilayah-wilayah di luar Nusantara. Mereka membentuk pasar untuk memperjualbelikan barang dagangan mereka
Mengenal sistem mata uang
Di beberapa kerajaan, penggunaan mata uang perak, tembaga, dan emas sudah mulai dilakukan.
Bidang Budaya Perkembangan Agama Bagian Lima
Masyarakat Indonesia mengenal agama Hindu dan Buddha Sebelum pengaruh Hindu dan Buddha masuk, masyarakat Indonesia menganut animisme dan dinamisme. Sejak agama Hindu dan Buddha masuk, masyarakat Indonesia saat itu banyak yang menganut agama Hindu dan Buddha. Ada juga sinkretisme yang terjadi antara kebudayaan pendatang dan kebudayaan asli, seperti munculnya agama Buddha Tantrayana.
Berdirinya pusat pendidikan agama
Pendidikan berkembang dengan berdirinya pusat pendidikan agama di Indonesia, seperti halnya di Kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat pendidikan agama Buddha. Pertukaran pelajar untuk mendalami agama Buddha pun dilakukan antara Kerajaan Nalanda dan Sriwijaya. Begitu pula dengan pemberian beasiswa belajar bagi pelajar-pelajar Indonesia.
Pengenalan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta
Kitab-kitab suci agama Hindu banyak ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Masyarakat Indonesia banyak mempelajari huruf dan bahasa tersebut. Hal ini tercermin dalam berbagai prasasti yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Selain itu, ada yang menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Kesenian berkembang pesat
Kesenian, baik seni sastra, seni ukir, seni wayang, maupun seni tari semakin berkembang. Hal ini terlihat dengan adanya peninggalan masa Hindu-Buddha berupa kitab dan kakawin dari setiap periode kerajaan yang muncul. Begitu pula dengan seni ukir yang ditunjukkan oleh keragaman bentuk candi dan arca.
Seni wayang yang berkembang pada masa Hindu-Buddha merupakan wujud akulturasi dengan tradisi lokal yang sudah ada. Pada awalnya, pertunjukan wayang merupakan bentuk pemujaan terhadap roh nenek moyang. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha, pertunjukan wayang menjadi salah satu seni pertunjukan dengan lakon dewa-dewi dan sumber ceritanya dari Ramayana dan Mahabarata asal India. Baca artikel sebelumnya!
Arsitektur bangunan bercorak Hindu-Buddha Perkembangan Agama Bagian Lima
Arsitektur bercorak Hindu dan Buddha di Indonesia antara lain terlihat pada bangunan candi. Candi berasal dari bahasa Sanskerta. candikagrha artinya rumah candi atau candika, yang merupakan sebutan untuk Dewi Durga atau Dewi Kematian dalam agama Hindu. Bangunannya disusun bertingkat-tingkat yang melambangkan tingkatan kehidupan manusia.
Bangunan candi memiliki fungsi yang beragam. Candi Hindu biasanya berfungsi sebagai tempat pemujaan dan makam raja, sedangkan candi Buddha biasanya berfungsi sebagai tempat pemujaan saja. Hal ini menunjukkan bentuk akulturasi (percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi), yaitu kepercayaan Hindu-Buddha dengan tradisi lokal. Pada masa prasejarah, masyarakat Indonesia sudah mengenal tradisi pemujaan, berupa pemberian sajen yang diletakkan pada bangunan menhir dan dolmen. Pada masa Hindu-Buddha, bangunan-bangunan pemujaan itu berganti dengan bentuk candi dan arca, tetapi dengan fungsi yang hampir sama.
Terdapat perbedaan antara candi yang ada Jawa Tengah dengan candi yang ada di Jawa Timur. Ciri-ciri candi yang berada di Jawa Tengah adalah bentuknya tambun dengan hiasan kalamakara di atas gawang pintu masuk, puncak candi berbentuk stupa, bahan utamanya batu andesit, dan umumnya menghadap ke timur. Adapun ciri-ciri candi yang ada di Jawa Timur adalah bentuknya lebih ramping, puncak candi berbentuk kubus, di atas gawang pintu terdapat hiasan kala, bahan utamanya batu bata, dan umumnya menghadap ke barat.
Seni bangunan candi juga merupakan bentuk akulturasi dengan tradisi lokal. Contohnya, bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara bangunan masa praaksara, yakni punden berundak, dengan unsur-unsur Buddhisme, yakni stupa.
Pengenalan sistem kalender Saka
Kalender Saka yang dimulai pada tahun 78 mulai digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat seiring berdirinya kerajaan Hindu- Buddha di Nusantara.
Munculnya upacara-upacara keagamaan Perkembangan Agama Bagian Lima
Masuknya pengaruh Hindu Buddha juga membawa pengaruh terhadap tradisi masyarakat Indonesia. Sebagai contoh, muncul upacara- upacara keagamaan dan upacara tradisi lainnya dalam kehidupan masyarakat, seperti Ngaben dan Galungan bagi umat Hindu serta Waisak bagi umat Buddha. Baca artikel sebelumnya!