Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia Bagian Tiga
5. Kerajaan Mataram Kuno Perkembangan Agama Bagian Tiga
a. Lokasi
Kerajaan Mataram Kuno disebut juga Bhumi Mataram yang berdiri sekitar abad VIII M. Kerajaan ini pada awalnya terletak di Jawa Tengah. Wilayahnya dikelilingi pegunungan dan beberapa sungai besar, seperti Sungai Progo dan Sungai Bengawan Solo.
b. Kehidupan politik pemerintahan Perkembangan Agama Bagian Tiga
Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dipegang oleh dua dinasti yang berbeda, yaitu Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu dan Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha.
1) Dinasti Sanjaya
Dinasti Sanjaya didirikan oleh Raja Sanjaya yang merupakan raja pertama Mataram Kuno dengan gelar Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Pada masa pemerintahannya, Raja Sanjaya berhasil mengembangkan agama Hindu Siwa dan banyak membangun Candi Siwa di Pegunungan Dieng.
Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-856 M) merupakan raja terbesar dari Dinasti Sanjaya yang berhasil membawa Kerajaan Mataram Kuno ke masa kejayaan. Rakyatnya hidup makmur. Rakai Pikatan juga berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dan mempertahankan wilayah Mataram Kuno ketika terjadi serangan dari pasukan Balaputradewa. Rakai Pikatan juga memerintahkan pembangunan Candi Prambanan yang terkenal hingga saat ini.
Pada masa Sri Maharaja Rakai Empu sindok (929-930 M) pusat Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur untuk menghindari serangan dari Kerajaan Sriwijaya dan terjadi bencana alam meletusnya Gunung Merapi. Baca artikel sebelumnya!
2) Dinasti Syailendra
Dinasti Syailendra merupakan dinasti Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Buddha dan sudah memerintah sejak tahun 700-an M di Jawa Tengah. Samaratungga (81 2-883 M) merupakan raja terbesar dari Dinasti Syailendra. Pada masa pemerintahannya, pembangun Candi Borobudur berhasil diselesaikan dan menjadi candi Buddha terbesar di Nusantara.
Dilanjutkan oleh Pramodhawardhani (883-856 M) yang merupakan putri Samaratungga, ia kemudian menikahi Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Pernikahannya berhasil menyatukan dua dinasti yang berbeda ini.
Adapun Balaputradewa (883-850 M) merupakan putra Samaratungga dari ibu Dewi Tara, putri raja Sriwijaya. Pernikahan Pramodhawardhani dengan Rakai Pikatan telah menimbulkan kekecewaan Balaputradewa yang merasa berhak atas takhta Kerajaan Mataram Kuno dibandingkan Rakai Pikatan. Balaputradewa pun menyerang Rakai Pikatan, tetapi gagal hingga akhirnya melarikan diri ke Sriwijaya.
3) Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno sudah mengenal jabatan menteri. Terdapat tiga menteri utama dalam pemerintahannya, yaitu rakryan i hino, rakryan i halu, dan rakryan i sirikan. Ketiga jabatan tersebut berperan membantu raja dalam menjalankan pemerintahannya. Selain itu, ada juga dewan penasihat yang terdiri atas lima orang patih.
c. Kehidupan sosial ekonomi
Wilayah Kerajaan Mataram Kuno sangat subur dengan adanya sungai-sungai besar yang mengalir di wilayahnya. Hal tersebut mendorong pesatnya perkembangan kegiatan pertanian penduduk kerajaan. Sungai-sungai besar yang mengalir dimanfaatkan untuk irigasi pertanian dan sarana transportasi air.
Penduduk kerajaan terkenal memiliki toleransi beragama yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua dinasti berbeda corak keagamaan yang dapat hidup berdampingan.
d. Kehidupan budaya
Kerajaan Mataram Kuno banyak meninggalkan sumber sejarah berupa candi, prasasti, dan kitab. Beberapa peninggalan yang dapat dijadikan sumber sejarah itu adalah sebagai berikut.
1) Prasasti Canggal ditemukan di daerah Sleman, Yogyakarta. Prasasti Canggal merupakan salah satu prasasti terpenting Kerajaan Mataram Kuno yang berisi Dinasti Sanjaya.
2) Prasasti Mantyasih berisi silsilah Dinasti Sanjaya.
3) Candi Prambanan.
4) Candi Borobudur.
5) Carita Parahyangan adalah kitab ini berisi asal usul Sanjaya, putra Senna.
6) Prasasti Sojomerto berisi silsilah Dinasti Syailendra.
6. Kerajaan Medang Perkembangan Agama Bagian Tiga
a. Lokasi
Kerajaan Medang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini didirikan oleh Empu Sindok di wilayah Jawa Timur. Empu Sindok membangun Dinasti Isyana yang memerintah di Kerajaan Medang, Jawa Timur
b. Kehidupan politik pemerintahan
Berikut beberapa raja Medang.
1) Empu Sindok. Raja pertama Kerajaan Medang yang memerintah tahun 929-947 M sekaligus pendiri Dinasti Isyana.
2) Darmawangsa. la pernah menyerang Sriwijaya pada 990 M, tetapi gagal. Pada masa pemerintahannya, terjadi peristiwa pralaya atau malapetaka, yaitu terjadi serangan dari Raja Wurawari yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya. Pada peristiwa tersebut, Darmawangsa beserta keluarga istana tewas.
3) Airlangga. Raja terbesar Kerajaan Medang. Pemerintahannya berjalan dengan baik. Airlangga memindahkan pusat kerajaan dari Wutan Mas ke Kahuripan. Selain itu, Airlangga memerintahkan perbaikan pelabuhan Hujung Galuh di Sungai Brantas, membebaskan pajak di Pelabuhan Kambang Putih, dan membangun waduk di Waringin Pitu untuk mencegah banjir Sungai Brantas. Baca artikel sebelumnya!
Pada akhir masa pemerintahannya, Airlangga memerintahkan Empu Barada agar membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu Jenggala dan Panjalu (Kediri), untuk mencegah perang saudara.
c. Kehidupan sosial ekonomi
Dinasti Isyana merupakan dinasti kerajaan yang bercorak Hindu, tetapi raja dan penduduknya memiliki toleransi terhadap ajaran agama lain.
Penduduknya, baik yang menganut Hindu maupun Buddha, hidup berdampingan. Begitu pula dengan raja-raja Medang. Sebagai contoh, Empu Sindok memerintahkan pengumpulan kitab agama Buddha Tantrayana, Sang Hyang Kamahayanikan.
Mata pencarian utama penduduk Kerajaan Medang adalah bertani. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembangunan waduk Waringin Pitu untuk irigasi dan mencegah banjir.
d. Kehidupan budaya
Penduduk Kerajaan Medang menganut agama Hindu Waisnawa yang memuja Dewa Wisnu. Hal ini dibuktikan dengan dibuatnya patung Airlangga sebagai perwujudan Dewa Wisnu yang sedang menaiki burung garuda. Karya sastra berkembang pesat sejak masa Airlangga memerintah. Para pujangga kerajaan memiliki posisi yang istimewa dalam stratifikasi masyarakatnya. Oleh karena itulah, pujangga istana juga banyak menghasilkan karya sastra yang menceritakan kehebatan raja-rajanya. Salah satunya adalah Arjunawiwaha yang ditulis oleh Empu Kanwa tahun 1035 M. Kitab tersebut menceritakan kehebatan Airlangga dalam memerintah Kerajaan Medang.
Selain itu, juga terdapat beberapa candi peninggalan Kerajaan Medang, antara lain Candi Gunung Gangsir, Candi Songgoroti, dan Candi Belahan, serta Prasasti Kalkuta yang menceritakan silsilah Raja Airlangga. Baca artikel sebelumnya!
7. Kerajaan Kediri Perkembangan Agama Bagian Tiga
a. Lokasi
Kerajaan Kediri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang. Setelah membagi wilayah Kerajaan Medang menjadi dua, yaitu Jenggala dan Panjalu (Kediri), Airlangga memutuskan untuk menjadi seorang pertapa. Anak pertama Airlangga pun, Sanggramawijaya, memilih menjadi pertapa ketimbang menggantikan kedudukan Airlangga sebagai raja.
Saat itu Kerajaan Kediri (Panjalu) berpusat di Daha. Kerajaan Jenggala berpusat di Kahuripan. Kerajaan Kediri diperintah oleh Samarawijaya, sedangkan Kerajaan Jenggala diperintah oleh Mapanji Garasakan.
b. Kehidupan politik pemerintahan
Berikut ini beberapa raja Kediri.
1) Samarawijaya, raja pertama Kediri yang merupakan putra Airlangga.
2) Sri Jayabhaya, raja terbesar Kerajaan Kediri. Pada masa pemerintahannya, Kediri tidak saja berkembang sebagai kerajaan agraris, tetapi juga kerajaan maritim. Jayabhaya juga berhasil menyatukan Jenggala dengan Kediri. Selain itu, Jayabhaya juga menulis ramalan Jangka Jayabhaya yang menyebutkan kedatangan ratu adil kelak.
3) Sri Kameswara, raja Kediri yang sangat memperhatikan perkembangan budaya kerajaan. Pada masa pemerintahannya, banyak dihasilkan karya sastra tentang ajaran agama dan kehidupan raja, antara lain kakawin Smaradhana karya Empu Dharmaja yang menceritakan pernikahan Kameswara dengan Candrakirana.
4) Kertajaya, merupakan raja terakhir Kerajaan Kediri. Pemerintahannya banyak menimbulkan protes, baik dari penduduk maupun kaum brahmana. Kertajaya memaksa kaum brahmana untuk menyembah dirinya sebagai dewa, tetapi ditolak. Kaum brahmana kemudian bersekutu dengan Ken Arok (akuwu/bupati Tumapel yang merupakan wilayah kekuasaan Kediri). Ken Arok kemudian berhasil mengalahkan Kertajaya dalam pertempuran di Ganter tahun 1222. Meninggalnya Kertajaya menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Isyana di Jawa Timur.
c. Kehidupan sosial ekonomi Pe rkembangan Agama Bagian Tiga
Penduduk Kerajaan Kediri dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu golongan pemerintah pusat yang terdiri atas kaum bangsawan kerajaan, golongan petani yang bekerja di daerah, dan golongan nonpemerintahan yang terdiri atas orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan atau bekerja selain petani.
Kehidupan perekonomian banyak diatur oleh pejabat kerajaan dan pegawai rendahan yang bekerja di daerah-daerah. Penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani. Selain itu, ada yang bekerja sebagai pedagang dan peternak. Adapun barang-barang yang diperjualbelikan di antaranya emas, perak, gading, dan cendana.
Pemerintah Kerajaan Kediri sudah menerapkan sistem pajak bagi penduduknya yang dibayarkan menggunakan hasil bumi, seperti beras. Ada juga hukuman bagi para pelaku kejahatan berupa hukuman denda atau hukuman mati. Hukuman bergantung pada tingkat kejahatan yang dilakukan. Baca artikel sebelumnya!
d. Kehidupan budaya
Kerajaan Kediri sangat memperhatikan kehidupan kebudayaannya. Sejak masa Airlangga hingga Kertajaya, banyak sekali karya sastra yang dihasilkan para pujangga istana. Berikut ini adalah beberapa karya sastra Kerajaan Kediri.
1) Kakawin Bharatayudha oleh Empu Panuluh dan Empu Sedah yang mengisahkan perang saudara antara Jenggala dan Panjalu.
2) Kakawin Smaradhana oleh Empu Darmaja tentang pemujaan raja Kediri.
3) Kitab Lubdaka oleh Empu Tan Akung tentang perjalanan seorang pemburu yang berhasil masuk surga.
4) Kitab Wretansacaya oleh Empu Tan Akung.
5) Kitab Kresnayana oleh Empu Triguna.
6) Kitab Sumanasantaka oleh Empu Managuna
Selain karya sastra, peninggalan Kerajaan Kediri lainnya yang dapat dijadikan sumber sejarah berupa berita Tiongkok, prasasti, dan candi.
1) Sumber asing
a. Kronik Tiongkok Ling Wai Tai Ta (11 78 M) menyebutkan Pu Chia Lung yang merupakan nama lain dari Panjalu atau Kediri.
b. Kitab Chi Fan Chi (1 225 M) oleh Chau Ju Kua yang menyebut Su-ki-tan, sebuah kerajaan di Jawa Timur yang sebenarnya adalah Kediri.
2) Prasasti Banjaran (1052 M) tentang cerita kemenangan Panjalu dari Jenggala dan Prasasti Hantang (1052 M) tentang pemerintahan Sri Jayabhaya.
8. Kerajaan Singasari
a. Lokasi
Kerajaan Singasari terletak di Malang, Jawa Timur. Wilayahnya meliputi bekas wilayah Kerajaan Kediri yang berhasil ditaklukkan Ken Arok tahun 1 222 M. Berdasarkan Prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singasari adalah Tumapel. Singasari adalah nama ibukota kerajaan yang kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel.
b. Kehidupan politik pemerintahan Perkembangan Agama Bagian Tiga
Berikut beberapa raja Singasari.
1. Ken Arok (1222-1227 M)
Beliau lahir dari keluarga petani, la lalu menjadi pegawai Akuwu (Bupati) Tumapel Tunggul Ametung, merebut kekuasaan Tunggul Ametung, dan kemudian mengalahkan Kerajaan Kediri. Kemudian Ken Arok juga menikahi istri dari Tunggul Ametung, Ken Dedes.Dan Ken Arok menjadi raja pertama Singasari dengan gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabumi. Ken Arok berhasil membangun Dinasti Rajasa yang melahirkan raja-raja di Pulau Jawa. Ken Arok tewas dibunuh Anusapati, anak dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung.
2. Anusapati (1227-1248 M)
Anusapati naik takhta menggantikan Ken Arok. Pemerintahannya berakhir setelah Tohjaya, putra Ken Arok dengan istrinya yang lain-Ken Umang, membunuhnya. Sebagai penghormatan dirinya, dibuatlah Candi Kidal.
3,. Tohjaya (1248 M)
Pemerintahan Tohjaya berlangsung singkat. Ranggawuni, putra Anusapati, berhasil membalaskan dendam orang tuanya dan merebut takhta kerajaan kembali.
4. Ranggawuni (1248-1268 M)
Setelah naik takhta, Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardana.
5. Kertanegara Perkembangan Agama Bagian Tiga
Merupakan putra Ranggawuni yang berhasil membawa Singasari ke masa kejayaan. Kertanegara bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Cita-cita terbesarnya adalah menyatukan Nusantara. Adapun langkah-langkah yang ditempuh Kertanegara untuk mewujudkan cita-citanya adalah sebagai berikut.
a. la melancarkan Ekspedisi Pamalayu untuk menaklukkan Kerajaan Melayu (1275 M). Upayanya berhasil, ditandai dengan adanya pengiriman arca Buddha Amogapasha ke Dharmasraya, ibukota Kerajaan Melayu, atas perintah Kertanegara.
b. Menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Campa (Vietnam) untuk mencegah invasi bangsa Mongol. Sejak tahun 1280-1289, Kubilai Khan, penguasa Mongol, telah beberapa kali mengirim utusan ke Singasari, meminta Kertanegara untuk tunduk. Kertanegara menolak, bahkan menghina Kubilai Khan dengan memotong telinga utusan Mongol. Kubilai Khan pun mengirim pasukannya untuk membalas perlakuan Kertanegara.
c. Menaklukkan daerah-daerah sekitar, seperti Sunda, Bali, Pahang, dan Maluku. Baca artikel sebelumnya!
Sistem pemerintahan Singasari sudah mengenal jabatan menteri. Terdapat tiga jabatan menteri utama, yaitu mahamenteri i hino, mahamenteri i halu, dan mahamenteri i sirikan.
Kerajaan Singasari runtuh setelah adanya serangan dari bala tentara Jayakatwang (keturunan Kertajaya, raja Kediri). Kertanegara tewas dalam serangan tersebut. Menantunya, Raden Wijaya, berhasil melarikan diri ke Madura dan meminta perlindungan Aria Wiraraja, bupati Madura. Raden Wijaya pun menyatakan menyerah dan memohon ampun serta ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Atas sikap Raden Wijaya, Jayakatwang memberikan sebidang tanah kepadanya di Desa Tarik, yang menjadi cikal bakal Kerajaan Majapahit. Selanjutnya, Singasari berada di bawah kekuasaan Jayakatwang dengan pusat kekuasaan di Kediri.
c. Kehidupan sosial ekonomi Perkembangan Agama Bagian Tiga
Penduduk Singasari terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok bangsawan (raja) yang dianggap sebagai kelas atas dan kelompok rakyat jelata sebagai kelas bawah. Kedua kelompok hidup berdampingan dengan tertib dan teratur.
Penduduk Singasari sudah mengenal sistem pajak dalam bentuk upeti yang dibayarkan kepada raja.
Penduduk Singasari sudah mengenal sistem penanggalan pasaran Jawa.
d. Kehidupan budaya Perkembangan Agama Bagian Tiga
Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Salah satu rajanya, Kertanegara, menganut ajaran Buddha Tantrayana yang merupakan sinkretisme agama Hindu Siwa dan Buddha. Hal ini dibuktikan dengan perwujudan Kertanegara dalam Arca Joko Dolog dan Buddha Amogapasha. Selain itu, Ken Dedes pun diwujudkan dalam arca Dewi Prajnaparamita dan Ken Arok dimakamkan dalam bangunan suci Siwa-Buddha.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Candi
Kidal, Candi Jago, Candi Waleri, Candi Singasari, Arca Joko Dolog, dan Arca Dewi Prajnaparamita. Baca artikel sebelumnya!