Perkembangan Agama & Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia Bagian Dua

Perkembangan Agama & Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia Bagian Dua

2 Kerajaan Tarumanagara Perkembangan Agama bagian Dua

a. Lokasi

Kerajaan Tarumanagara merupakan kerajaan Hindu pertama di sebelah barat Pulau Jawa yang diperkirakan berdiri abad IV M. Secara etimologis, Kerajaan Tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Taruma diambil dari nama Sungai Citarum dan nagara artinya ‘negara’ atau ‘kerajaan’.

Perkembanagn Agama Bagian Dua
Perkembanagn Agama Bagian Dua. Lokasi Kerajaan Tarumanagara dan wilayah kekuasaannya.

b. Kehidupan politik pemerintahan

1) Kerajaan Tarumanagara diperkirakan berdiri antara abad IV-V M, sezaman dengan Kerajaan Kutai. Berdasarkan lokasi- lokasi penemuan prasastinya, wilayah Kerajaan Tarumanagara diperkirakan meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Barat.
2) Rajanya yang terkenal adalah Purnawarman. Dalam Prasasti Ciaruteun, Raja Purnawarman dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu yang berhasil menjadi pemelihara dan pelindung rakyatnya.
3) Kerajaan Tarumanagara telah menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di Tiongkok. Hal ini diperkuat oleh berita Tiongkok yang menyebutkan Kerajaan To-Lo-Mo (Tarumanagara) mengirimkan utusan ke Tiongkok tahun 528, 536, 665, dan 666 M.

c. Kehidupan sosial ekonomi

1) Kerajaan Tarumanagara termasuk kerajaan agraris. Bertani menjadi mata pencarian utama penduduknya. Selain itu, berburu dan berdagang menjadi mata pencarian yang banyak dilakukan oleh penduduknya. Barang-barang dagangannya berupa cula badak, gading gajah, emas, dan perak.
2) Kehidupan agraris Kerajaan Tarumanagara dibuktikan dalam Prasasti Tugu yang menyebutkan adanya titah Raja Purnawarman untuk melakukan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6.112 tombak (setara dengan 11 km) dan Sungai Candrabhaga (Kali Bekasi sekarang) untuk irigasi dan mencegah banjir. Baca artikel sebelumnya!

d. Kehidupan budaya Perkembangan Agama bagian Dua

Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara ditulis dengan menggunakan bahasa Sanskerta berhuruf Pallawa. Hal ini menunjukkan kemampuan berbahasa yang cukup baik dari penduduk Kerajaan Tarumanagara.

Berdasarkan Prasasti Ciaruteun, penduduk Kerajaan Tarumanagara diketahui menganut agama Hindu Wisnu.

Adapun peninggalan-peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah sebagai berikut. PePerkembangan Agama bagian Duarkembangan Agama bagian Dua

a. Prasasti Ciaruteun
Ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun, dekat hulu Sungai Cisadane. Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Sanskerta berhuruf Pallawa. Terdiri dari empat baris tulisan dan telapak kaki Raja Purnawarman yang dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu.
b. Prasasti Jambu
Ditemukan di Bukit Koleangkak, Bogor, Jawa Barat. Prasasti berisi tentang hubungan Kerajaan Tarumanagara dengan Kutai, di mana tertulis pemujian terhadap pemerintahan Mulawarman. Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Sanskerta berhuruf Pallawa serta terdapat lukisan telapak kaki.
c. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi ditemukan di Desa Muara Hilir, Cibungbulang, Jawa Barat. Di dalamnya terdapat lukisan telapak kaki gajah yang dianggap sebagai telapak kaki gajah Airawata, tunggangan Dewa Wisnu.
d. Prasasti Tugu
Merupakan prasasti yang sangat penting karena memberikan banyak informasi tentang Kerajaan Tarumanagara. Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Bentuknya unik, berupa pahatan melingkar pada batu bulat. Adapun isinya tentang penggalian Sungai Gomati sepanjang 6.112 tombak dan Sungai Candrabhaga untuk keperluan irigasi dan mencegah banjir. Kedua sungai tersebut juga merupakan nama sungai yang terdapat di daerah Punjab, India. Selain itu, Prasasti Tugu juga menyebutkan tentang penanggalan caitra dan phalguna, serta pemberian hadiah sebanyak 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Perkembangan Agama Bagian Dua
Perkembangan Agama Bagian Dua. Beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara: (a) Prasasti Ciaruteun, (b) Prasasti Jambu, (c) Prasasti Kebon Kopi, (d) Prasasti Tugu.

e. Berita asing
Salah seorang pendeta Buddha dari Tiongkok, Fa Hien pernah menulis dalam bukunya, Fa Kao Chi, tentang orang-orang beragama Buddha di Ye Po Ti, sebagian lainnya beragama Hindu dan masih menganut animisme. Istilah Ye Po Ti inilah yang dianggap sebagai nama lain dari Tarumanagara. Begitu pula dengan berita-berita Tiongkok lainnya, seperti berita dari Dinasti Tang dan Sui yang menyebutkan kedatangan utusan dari To Lo Mo di daerah selatan. Nama To Lo Mo inilah yang dianggap sebagai penyebutan lain dari Tarumanagara.

3. Kerajaan Sunda (Pajajaran) Perkembangan Agama bagian Dua

a. Lokasi

Pakuan Pajajaran, Pakuan (Pakwan) atau Pajajaran adalah pusat pemerintahan Kerajaan Sunda, sebuah kerajaan yang selama beberapa abad (abad VII—XVI) pernah berdiri di wilayah barat Pulau Jawa, meliputi Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah sekarang.

Kerajaan ini bahkan pernah menguasai wilayah bagian selatan Pulau Sumatra. Lokasi pusat kerajaannya berada di wilayah Bogor, Jawa Barat sekarang.

Pada masa lalu, di Asia Tenggara, ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya sehingga Kerajaan Sunda sering disebut Kerajaan Pajajaran.

Pada akhir masa pemerintahan raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman (memerintah 666-669 M), Kerajaan Tarumanagara terpecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kerajaan Sunda berada di bawah kekuasaan Tarusbawa, sedangkan Kerajaan Galuh di bawah Wretikandayun.

Kerajaan Sunda dan Galuh sebelumnya merupakan kerajaan bawahan Tarumanagara. Pada masa pemerintahan Sanna raja ketiga Galuh, saudara seibu Sanna, Purbasora, melakukan kudeta. Sanna meminta bantuan Tarusbawa, sahabat baiknya. Atas bantuan Tarusbawa, Sanjaya berhasil merebut kembali takhta di Galuh. Hubungan baik ini berlanjut menjadi hubungan kekeluargaan hingga akhirnya putra Sanna, Sanjaya, menyatukan Sunda dan Galuh (tahun 732 M). Baca artikel sebelumnya!

b. Kehidupan politik pemerintahan Perkembangan Agama bagian Dua

 Ibu kota Kerajaan Sunda berada di sebelah barat Sungai Citarum atau di sekitar Bogor sekarang.

Perkembangan Agama Bagian Dua
Perkembangan Agama Bagian Dua. Peta Kerajaan Sunda dan Galuh sebelum dipersatukan oleh Raja Sanjaya pada 732 M.

Pada masa pemerintahan Prabu Ratu Dewata (memerintah 1535-1543 M), terjadi serangan dari Banten (kerajaan bawahan Sunda) yang telah bercorak Islam di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin.

Serangan berikutnya masih dari Kerajaan Banten, kali ini dipimpin oleh Maulana Yusuf pada tahun 1579 M. Serangan ini mengakhiri riwayat Kerajaan Sunda (Pajajaran), dan disimbolkan dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Baca artikel sebelumnya!

Berikut beberapa raja Kerajaan Sunda. Perkembangan Agama bagian Dua

Perkembangan Agama Bagian 2
Perkembangan Agama Bagian 2. Padrao atau prasasti kerja sama antara Kerajaan Portugal dan Kerajaan Sunda yang dibuat pada 1522 M.

a) Sri Jayabhupati 1030 M.
b) Prabu Maharaja 1350 M. Pada masa pemerintahannya terjadi peristiwa Bubat, yaitu tragedi tewasnya rombongan pengantin Sunda akibat pengkhianatan oleh Gajah Mada, patih Majapahit, dan pasukannya yang terjadi pada tahun 1279 Saka atau 1357 M di Bubat.
c) Prabu Raja Wastu atau yang juga dikenal sebagai Rahyang Niskala Wastukancana, bertakhta di Kota Kawali selama 104 tahun (1371-1475 M). Wastukancana memerintah sangat lama karena selama memerintah selalu menjalankan agama dengan taat serta memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
d) Sri Baduga Maharaja, memerintah selama 39 tahun (1482- 1521 M). Pada masa pemerintahannya, ia lebih menekankan kehidupan beragama menjalankan pemerintahannya berdasarkan kitab-kitab hukum yang berlaku, sehingga pemerintahannya berjalan dengan aman dan tenteram.
e) Prabu Surawisesa yang memerintah tahun 1521-1535 M. Pada masa pemerintahannya, terjadi perjanjian antara Kerajaan Sunda dengan Portugis yang dilaksanakan pada 21 Agustus 1522 M. Perjanjian itu berisi pernyataan Portugis yang akan membantu Kerajaan Sunda apabila diserang oleh Kerajaan Demak atau kerajaan lainya sebagai imbalan, Portugis diizinkan mendirikan benteng di Bandar Banten dan mendapatkan lada 350 kuintal setiap tahunnya. Namun, hal tersebut gagal karena sudah dikuasai oleh orang Islam terlebih dahulu.
f) Prabu Ratudewata, memerintah tahun 1535-1543 M. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sunda semakin melemah karena banyaknya serangan-serangan dari kerajaan bercorak Islam, la hidup sebagai raja pendeta dan tidak menghiraukan keadaan rakyatnya.

c. Kehidupan sosial ekonomi Perkembangan Agama bagian Dua

Kerajaan Pajajaran bercorak Hindu dan Buddha. Perekonomian Kerajaan Sunda didukung oleh hasil pertanian dan perdangan. Hasil bumi dan komoditi perdagangan pada umumnya berupa lada, dan bahan makanan, misalnya beras, daging, sayur mayur, buah-buahan terutama kelapa, asam, pinang, dan tebu, sapi, kambing, domba, dan babi.

d. Kehidupan budaya

Kompleks makam kuno Astana Gede, ada beberapa peninggalan kuno yang diberi cangkup (pelindung), seperti pelinggih, Prasasti Kawali I—VI, serta beberapa tiang batu yang biasa disebut menhir. Keenam prasasti itu berhuruf dan berbahasa Sunda Kuno. Baca artikel sebelumnya!

Berdasarkan temuan arkeologi di Jawa Barat, tempat pemujaan kuno memiliki dua macam bentuk, yakni sebagai berikut.
a. Candi, beberapa di antaranya berada di Situs Batu Kalde, Candi Ronggeng, Candi Cangkuang (Garut), Candi Cibuaya, dan Candi Bojong Menje.
b. Punden berundak, beberapa di antaranya berada situs Astanagede, Karangkamulyan, dan Gunung Tampomas.

Kabuyutan merupakan tempat pemujaan atau bangunan suci yang dikeramatkan dalam masyarakat Sunda.

Perkembangan Agama Bagian Dua
Perkembangan Agama Bagian Dua. Candi Cangkuang yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut. Jawa Barat, merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sunda.

4. Kerajaan Holing Perkembangan Agama bagian Dua

a. Lokasi

Kerajaan Holing disebut juga Kerajaan Kalingga. Secara geografis, Kerajaan Holing terletak di Jawa Tengah, berdiri sekitar abad VI M.

Perkembangan Agama Bagian Dua
Perkembangan Agama Bagian Dua. Lokasi Kerajaan Kalingga dan wilayah kekuasaannya.
 

b. Kehidupan politik pemerintahan

Peninggalan-peninggalan sejarah Kerajaan Holing tidak banyak menyebutkan silsilah Kerajaan Holing. Hanya diketahui ada seorang ratu yang memerintah dengan baik bernama Ratu Shima. Cucu dari Ratu Shima bernama Sanaha yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh dan memiliki anak bernama Sanjaya, yang kelak menjadi pendiri Dinasti Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno.

Kerajaan Holing mengalami keruntuhan setelah diserang oleh Kerajaan Sriwijaya.

c. Kehidupan sosial ekonomi

Mata pencarian utama penduduk Kerajaan Holing adalah berdagang dan bertani. Adapun komoditas yang diperjualbelikan di antaranya garam, gading, cula badak, kulit penyu, emas, dan perak. Kegiatan perdagangan dilakukan di lokasi yang sudah ditentukan, seperti pasar.

d. Kehidupan budaya

Kerajaan Holing bercorak Buddha Hinayana. Hal ini dibuktikan dengan adanya berita Tiongkok berupa catatan l-tsing tah’un 664-667 M yang menyebutkan kedatangan pendeta Buddha asal Tiongkok, Hui-ning, dan pembantunya, Yun-ki, ke Holing untuk menerjemahkan kitab Buddha yang isinya berbeda dengan kitab Buddha Mahayana. Oleh sebab itulah, penduduk Holing disimpulkan menganut Buddha Hinayana. Baca artikel sebelumnya!

error: Content is protected !!
Open chat
Butuh bantuan?
Halo
Ada yang bisa dibantu?